Rabu, 27 Mei 2009

Refleksi Akhir Kuliah Filsafatku III

Filsafat mengajarkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup. Secara umum, studi filsafat bertujuan untuk menjadikan manusia yang susila. Orang yang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan orang yang bijaksana. Sementara itu, tujuan khususnya adalah menjadikan manusia yang berilmu. Dalam hal ini, ahli filsafat dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan yang selalu mencari kenyataan kebenaran dari semua problem pokok keilmuan.
Untuk mengetahui seberapa besar filsafat mempengaruhi kehidupan manusia, kita perlu mempelajari sejarah filsafat, mulai dari Filsafat Yunani, Fisafat Barat Abad Pertengahan, hingga pemikiran Filsafat di Timur. Selain itu, perlu didukung Flsafat Modern, seperti rasionalisme, empirisme, materialisme, eksistensialisme, dan sebagainya, serta fisafat yang begitu popular akhir-akhir ini, yaitu filsafat analitis dan strukturalisme....

Rabu, 20 Mei 2009

Refleksi Akhir Kuliah Filsafatku II

Oleh Desty Nilasari

Puji syukur saya pajatkan pada Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya memperoleh banyak materi dalam perkuliahan Filsafat.
Beberapa hal yang saya peroleh setelah mengikuti perkuliahan filsafat selama ini, diantaranya adalah
1.Filsafat merupakan bidang ilmu pengetahuan tersendiri yang berbeda dengan pengetahuan yang lain. Oleh karena itu, filsafat harus dipelajari dengan cara tersendiri pula. Bila pengetahuan selain filsafat dapat dipelajari lewat penelitian atau laboratorium, maka filsafat hanya dapat dipelajari dengan akal sehat dan penalaran yang tajam. Selain itu, pengkaji filsafat juga harus memiliki sikap mental, yakni menghilangkan dari dalam dirinya sifat a priori, yaitu bahwa dirinya telah mengetahui segala sesuatu, sebab seseorang tidak mungkin dapat memelajari suatu pengetahuan yang sudah deketahuinya.
2.Berbeda dengan definisi bidang studi yang lain, seperti antropologi, sosiologi, dan lain-lainnya, yang pada umumnya terdapat kesepakatan diantara para ilmuan bersangkutan. Tetapi definisi-definisi filasafat memperlihatkan keragaman yang membingungkan, sebab definisi yang ditampilkan oleh para ahli pikir dan ilmuwan filsafat memberikan rumusannya sendiri-sendiri. Dengan alasan tersebut, saya berfikir agar kajian terhadap filsafat tidak bertolak pada definisi-definisi yang ada.
3.Dalam studi filsafat terdapat beberapa pendekatan, yang lazim dipergunakan adalah pendekatan sejarah.
Materi perkuliahan yang saya peroleh hanyalah sebagian karena begitu luasnya materi kajian filsafat itu.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Marsigit dan Bapak Ariyadi selaku dosen yang mengampu bidang studi filsafat. Terima kasih atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan...
*****

Refleksi Akhir Kuliah Filsafatku I

Oleh Desty Nilasari

Filsafat menpunyai sejarah yang sangat panjang. Filsafat lebih tua dari pada semua ilmu dan kebanyakan agama. Walaupun demikian, fisafat bagi banyak orang merupakan sesuatu yang kabur, sesuatu yang kelihatannya tidak berguna, tanpa metode, tanpa kemajuan, dan penuh perselisihan pendapat.
Selama dalam perkuliahan filsafat yang telah berjalan, ternyata tidak akan menjawab semua pertanyaan mengenai filsafat. Yang dapat, dan itu dicoba dalam penjelasan-penjelasan yang singkat yaitu memperkenalkan filsafat sebagai bagian dari usaha manusia yang lebih besar, yaitu usaha untuk mengerti dunia. Dalam perkuliahan dijelaskan tugas filsafat di samping ilmu pengetahuan juga ikhtisar dari sejarah filsafat Timur dan Barat....
*****

Selasa, 19 Mei 2009

Elegi Segiempat

Segiempat1:
Aku adalah Segiempat. Aku adalah suatu bidang yang dibatasi oleh empat buah ruas garis yang tertentu oleh empat buah titik dengan tiga buah titik tidak segaris, yang sepasang-sepasang saling bertemu pada ujung-ujungnya. Orang-orang menamaiku Segiempat sederhana.

Segiempat2:
Au adalah Segiempat. Sepasang sisiku yang berhadapan saling sejajar. Orang-orang menamaiku Trapesium (trapezoid).

Segiempat3:
Aku adalah Segiempat. Aku pun adalah Trapesium. Tetapi, sepasang sisiku yang tidak saling sejajar saling kongruen. Maka orang-orang menamaiku Trapesium Samakaki.

Segiempat4:
Aku adalah Segiempat. Aku pun adalah Trapesium. Tetapi, salah satu sudutku merupakan sudut siku-siku. Maka orang-orang menamaiku Trapesium Siki-Siku.

Segiempat5:
Aku adalah Segiempat. Kedua pasang sisiku yang berhadapan saling sejajar. Orang-orang menamaiku Jajargenjang (parallelogram).

Segiempat6:
Aku adalah Segiempat. Aku adalah jajargenjang yang sepasang sisiku yang berdekatan saling kongruen. Orang-orang menamaiku Belahketupat (Rhombus).

Segiempat7:
Aku adalah Segiempat. Diriku sebenarnya pun adalah jajargenjang. Tetapi karena salah satu sudutku siku-siku maka orang-orang menamaiku Persegipanjang (Rectangle)

Segiempat8:
Aku adalah Segiempat. Kedua pasang sisiku yang berhadapan saling sejajar. Salah satu sudutku adalah sudut siku-siku. Jadi aku adalah persegipanjang tetapi karena sepasang sisiku yang berdekatan berdekatan saling kongruen maka orang-orang menamaiku Persegi (Square).

Segiempat9:
Aku adalah Segiempat. Kedua pasang sisiku yang berdekatan saling kongruen. Sudut-sudutku yang berhadapan saling kongruen. Orang-orang menamaiku Layang-layang.

Segiempat10:
Aku adalah Segiempat. Aku adalah abstrak. Tiadalah yang konkrit dari diriku selain hanyalah modelku.

Rabu, 06 Mei 2009

SEJARAH FILSAFAT

Oleh Desty Nilasari

Setelah mempelajari filsafat hingga saat ini, banyak hal yang saya dapatkan terutama dalam hal sejarah filsafat.
Dalam sejarah filsafat kita bertemu dengan hasil penyelidikan semua cabang filsafat. Sejarah filsafat mengajarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar, tema-tema yang dianggap paling penting dalam periode-periode tertentu, dan aliran-alian besar yang menguasai pemikiran selama suatu zaman atau di suatu bagian dunia tertentu. Cara berfikir tentang manusia, tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan kematian, tentang kebebasan dan cinta, tentang yang baik dan yang jahat, tentang materi dan jiwa, alam dan sejarah. Tetapi ada banyak pertanyaan dan jawaban yang selalu kembali di segala zaman dan di semua sudut dunia. Oleh karena itu, sejarah filsafat sesuatu yang sangat penting. Dalam sejarah filsafat seakan-akan diadakan suatu dialog antara orang dari semua zaman dan kebudayaan tentang pertanyaan-pertanyaan yang paling penting.

Dalam sejarah filsafat biasanya dibedakan tiga tradisi besar: filsafat India, filsafat Cina, dan filsafat Barat. Antara ketiga tradisi ini ada banyak paralel, terutama antara filsafat India dan filsafat Barat. Satu hal yang menonjol ialah bahwa baik di India dan Cina maupun dalam dunia Barat, hidup intelektual menjadi dewasa dengan melepaskan diri dari corak berpikir mistis dalam periode antara 800 dan 200 sebelum Masehi. Dalam periode ini hidup Konfusius dan Lao Tse di Cina, Gautama Buddha dan penyusun-penyusun Upanisad di India, Parmenides, Herakleitos, Sokrates, Plato, dan Aristoteles di Yunani atau koloni-koloni Yunani, Zoroaster di Persia, nabi-nabi besar di Israel.

Dengan “filsafat Cina” dan “filsafat India” dimaksudkan dua tradisi dari ribuan tahun yang terkait pada keadaan geografis, politis, dan kultural dari Cina dan subkontinen India. Dibandingkan dengan kedua tradisi ini, tradisi ketiga, filsafat Barat, sesuatu yang tidak begitu jelas karena tradisi filsafat barat telah mulai di Asia Kecil dan memuat pemikir-pemikir dan aliran-aliran dari Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika. Termasuk filsafat Barat adalah fisafat Yunani, filsafat Hellenistis, filsafat Kristiani, filsafat Islam, filsafat zaman renaisans, zaman modern, dan masa kini.

Sejarah filsafat dunia merupakan suatu sumber pengetahuan, pengalaman, hikmat, dan iman yang luar biasa. Sejarah filsafat merupakan suatu cermin bagi manusia. Pertanyaan-pertanyaan dan ide-ide manusia sekarang ditemukan kembali disini dalam suatu perspektif yang sangat luas, yang mengatsi batas-batas zaman dan kebudayaan...

Sabtu, 02 Mei 2009

Elegi Bilangan π (Pi)

Oleh Desty Nilasari

Q : Disebut lambang apakah ini, π ?
A : Lambang bilangan Pi
Q : Apakah Pi itu bilangan?
A : Bisa ya bisa bukan
Q : Kenapa Pi bukan bilangan?
A : Pi itu cuma kumpulan huruf p, i
Q : Bilamana Pi itu bilangan?
A : Bila Pi menunjuk angka 22/7
Q : Tetapi apakah Pi selalu menunjuk angka 22/7?
A : Belum tentu.
Q : Mengapa?
A : Di bidang matematika Pi juga menunjuk angka 3,14
Q : Apakah Pi selalu menunjuk angka?
A : Belum tentu.
Q : Mengapa?
A : Temanku Devi juga biasa dipanggil dengan nama Pi.
Q : Ada berapa Pi itu?
A : Bisa satu bisa banyak
Q : Bilamana Pi itu satu?
A : Pi itu satu jika bersatu.
Q : Bilamana Pi itu banyak?
A : Jika dia berpisah.
Q : Apakah 22/7 sama dengan 3,14?
A : Belum tentu
Q : Mengapa 22/7 belum tentu 3,14?
A : Mungkin 22/7 sama dengan 3,14
Q : Mengapa masih mungkin?
A : Harus dibuktikan dulu bahwa 22/7 memang sama dengan 3,14
Q : Aku tunjukkan dengan menghitung menggunakan kalkulator, maka aku dapat menyebutkan 22 dibagi 7 sama dengan 3,142857143
A : Lha itu jelas bahwa 22/7 tidak sama dengan 3,14 melainkan 3,142857143
Q : Berati 22/7 sama dengan 3,142857143?
A : Belum tentu
Q : Mengapa?
A : Bagaimana jika 3,142857143 itu dibulatkan hingga dua angka desimal, bukankah hasilnya sama dengan 3,14?
Q : Ya, berarti 22/7 itu sama dengan pembulatan dua angka desimal 3,142857143?
A : Belum tentu
Q : Mengapa?
A : Harus dibuktikan dulu bahwa 3,14 sama dengan 3,142857143
Q : Bukankah tadi sudah ditunjukkan bahwa 22 dibagi 7 sama dengan 3,142857143 dan dengan pembulatan hingga dua angka desimal sama dengan 3,14
A : Kapan?
Q : Tadi
A : Belum tentu nanti juga demikian
Q : Bagaimana kamu membuktikannya?
A : Bagiku 3,142857143 itu berbeda dengan 3,14
Q : Baik, apakah 3,142857143 sama dengan 3,14?
A : Ternyata tidak
Q : Mengapa 3,142857143 tidak sama dengan 3,14?
A : Jelas 3,142857143 tidak sama dengan 3,14
Q : Jika 3,14 hasil dari pembulatan hingga angka dua desimal, apakah 3,14 sama dengan 3,14?
A : Belum tentu
Q : Mengapa?
A : Aku menemukan dua macam 3,14, 3,14 pertama dan 3,14 kedua
Q : Apa bedanya 3,14 pertama dan 3,14 kedua?
A : 3,14 pertama aku ucapkan lebih dulu, sedangkan 3,14 kedua aku ucapkan kemudian.
Q : Apa bedanya 3,14 diucapkan dahulu dan 3,14 diucapkan kemudian?
A : Jelas berbeda, jika aku bisa mengucapkan 3,14 lebih dulu, dan aku bisa mengucapkan 3,14 kemudian, itu pertanda bahwa aku telah menemukan dua macam 3,14
Q : Kalau begitu dirimu itu siapa?
A : Aku tidak tahu.
Q : Namamu siapa?
A : Aku ragu-ragu.
Q : Biasanya orang menyebut dirimu siapa?
A : Pernah aku dipanggil sebagai Pi.
Q : Apakah Pi itu dirimu?
A : Belum tentu.
Q : Kenapa belum tentu?
A : Karena mungkin ada orang lain yang mempunyai nama Pi.
Q : Apakah dirimu itu Pi?
A : Aku tidak tahu.
Q : Kenapa engkau tidak tahu?
A : Aku tidak dapat menyebutkan dirimu.
Q : Lha, aku ini bicara dengan siapa?
A : Mungkin dengan Pi
Q : Lalu siapa namamu? Bukankah namamu itu Pi?
A : Aku merasa namaku disamakan.
Q : Kenapa engkau menganggap namamu disamakan?
A : Aku yang dulu, sekarang dan yang akan datang disamaratakan sebagai Pi?
Q : Apakah engkau akan mengganti namamu?
A : Tidak. Aku hanya akan menambah saja namaku dengan keterangan tambahan, sehingga namaku menjadi bilangan Pi.
Q : Apakah engkau sudah puas dengan namamu itu?
A : Belum. Namaku itu juga belum spesifik. Maka jika boleh aku akan lengkapi namaku sehingga namaku menjadi bilangan Pi 22/7.
Q : Apakah engkau sudah puas dengan namamu itu?
A : Sudah
Q : Kenapa?
A : Karena ternyata namaku tidak pernah bisa diubah
Q : Mengapa?
A : Karena di bidang matematika bilangan Pi 22/7 telah ditemukan oleh penemunya yaitu Archimedes.
Q: Kalau begitu apakah fungsi nama itu?
A: Tiadalah sebenarnya manusia itu sama dengan namanya.
Q: Apa maksudmu?
A: Manusia itu hanya berusaha menggapai namanya masing-masing. Sebenar-benar dan setinggi-tinggi nama adalah nama absolut. Itulah nama Tuhan Allah SWT.
*****